KABARPESANTREN.ID—Suatu ketika, malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw yang sedang terduduk dalam suasana hati yang sedih. Keadaan yang membuat malaikat Jibril diliputi banyak tanya. Gerangan apakah yang membuat Rasul sedih dan tampak nelangsa. “Wahai Muhammad, apakah gerangan yang membuatmu sedih, sementara Allah telah menggaransi lima hal untuk umatmu, yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelummu,” tanya Malaikat Jibril penuh selidik.
Menelisik pertanyaan malaikat Jibril, jelas, konteks kesedihan yang menganggu hati dan pikiran Rasul mengarah pada kekhawatiran mendalam terhadap umatnya. Perihal itu, lalu, malaikat Jibril mencoba menenangkan Rasul dengan mengungkapkan lima perkara yang berpotensi dapat memproteksi umat Rasul dari segala hal yang mencelakakan: Baik itu perihal urusan dunia, terlebih lagi urusan akhirat.
Pertama, kata malaikat Jibril, Allah Swt telah menegaskan: Ana ‘inda dhanni abdi bi wa la yukhalifu dhannahu—Aku ada dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, karennaya jangan berpaling dari persangkaan tersebut. Selama tidak bermaksiat dan meninggalkan Allah dan Rasul-Nya, semua prasangka baik terhadap Allah akan melahirkan kebaikan. Doa-doa yang yakin akan terkabulkan, niscaya terkabul. Semua maksud baik yang yakin Allah sampaikan, pasti tiba.
Kedua, man satara ‘alaihi fid-dunya la yufdhihuhu yaumal qiyamati—sesiapa yang Allah menutup urusan dunianya, tidak akan terhina di hari kiamat. Dua interpretasi perihal ini. Pertama, kemiskinan bukanlah aib selagi disikapi dengan sabar, syukur dan tetap taat kepada Allah. Kedua, seseorang yang tersebab perkara dunianya, Allah menutup semua akses maksiat dan jalan dosa baginya. Dititipi rezeki, menjadi bekal untuk menghindarkan diri dari bermaksiat dan lainnya.
Ketiga, lam yughliq ‘ala ummatika babat-taubati ma lam yughargira—tidak ditutup kepada umatmu (Muhammad) selagi ruh belum tiba di tenggorokan. Seseorang yang berdosa, taubatnya tetap diterima, selama ruhnya belum sampai ditenggorokan saat ia menghadapi syakratul maut. Tentu, yang dimaksud adalah taubat dengan sebenar-benarnya taubat. Sekali menyesal, tidak mengulangi, memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki diri.
Keempat, man ata bimil-`il ardli khati`atan yaghfiruha Allahu lahu ba’da an yaqula: La ilaha illa Allahu Muhammadur-rasulullahi—sesiapa yang datang dengan dosa seluas bumi, Allah akan mengampuninya, setelah ia berkata: La ilaha illa Allahu Muhammadur-rasulullahi. Dosa seseorang akan terampuni, ketika melafalkan kalimat tauhid tersebut. Disertai dengan upaya keras menghidupkan kalimat tauhid itu dalam setiap aktivitas keseharian. Dibuktikan dengan tindakan.
Kelima, yarfa’ul ‘adzaba ‘anil amwati bidu’ail ahya`i—Allah menghapus siksa kubur bagi yang meninggal tersebab doa orang-orang yang masih hidup. Ini relevan dengan keterangan hadis yang lain yang mengatakan bahwa doa seorang anak saleh untuk orangtuanya yang sudah wafat tidak akan terputus. Secara umum, doa yang masih hidup berdampak baik bagi mereka yang sudah meninggal. Umat Rasul mendapatkan garansi demikian.
Sekalipun lima garansi keselamatan bagi umat Rasul telah tersampaikan, pada prinsipnya, kesedihan Rasul merupakan bukti nyata rasa cinta Rasul kepada umat. Rasul tidak berharap, di kemudian hari, umat Rasul akan jatuh pada tipu daya kehidupan dunia dan menjadi penghamba hawa nafsu—yang notabene mencelakakan. Kekhawatiran yang logis dan agaknya terbukti. Semoga kita termasuk bagian dari umat Rasul yang selamat di dunia dan di akhirat. Allhumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. (KPN/Q2)
*Dimuat ulang dari tulisan H. Kiki Syukri Musthafa, M.Ag., di Buletin Masjid Agung Kota Tasikmalaya (03/11/2023)