Salat Isya itu Berat, Mending di Awal Waktu Saja  

Foto: kabarpesantren.id

KABARPESANTREN.ID—Jam 9 malam belum salat Isya. Lalu, niat diakhirkan bersamaan dengan tahajud. Alarm sudah diatur. Volumenya maksimal.

Tiba di pukul 02.30. Alarm berteriak. Bangun seketika itu pula. Sayangnya, hanya untuk mematikan alarm. Lalu, tidur lagi sampai subuh.

Bacaan Lainnya

Tahajud gagal. Salat Isya tertinggal. Karenanya, jangan meremehkan salat Isya. Sangat berat. Lebih baik di awal waktu saja.

Dalam sebuah hadis shahih tersampaikan, “Inna Rasulallahi shalla Allahu ‘alaihi wa sallama kana yakrahu al-nauma qabla al-‘isyai wa al-haditsa ba’daha.”

Hadis yang terhimpun dalam kitab Fathu al-Bari di atas, menceritakan bahwa Nabi Saw. tidak suka tidur sebelum melakukan salat Isya dan mengobrol setelahnya.

Nabi tidak menyukai tidur sebelum melakukan salat Isya, semata-mata agar umat mencontoh untuk salat Isya terlebih dahulu sebelum tidur.

Jika malam sudah larut—semisal jam 9 malam—belum salat Isya, berpotensi tidak salatnya begitu besar. Malas dan ngantuk akan terasa berlipat dan semakin berat.

Lain hal apabila jam 8 malam sudah salat Isya, hati menjadi tenang. Malam serasa ringan. Tidur pulas dan tanpa beban.

Namun, hati-hati. Nabi pun tidak suka mengobrol setelah salat Isya. Jangan mentang-mentang sudah salat Isya jam 8 malam, terus bergadang tanpa alasan yang jelas.

Buruk untuk kesehatan. Konon, antara jam 8 malam sampai jam 1 pagi adalah waktu bagi organ vital dalam tubuh manusia memperoleh jatah istirahatnya.

Sudahlah, salat Isya itu berat. Mending di awal waktu saja. Jangan ditunda-tunda dengan alasan sembari tahajud segala. Salat Isya dulu jam 8 malam, lanjut tidur, tahajud kemudian. (KPN/Kiki Musthafa)

Penulis: Kiki Musthafa