Orang-Orang yang Mudah Tersakiti

KABARPESANTREN.ID—Jika Anda mudah tersakiti dan disakiti orang lain, inilah jawabannya. Bukan karena Anda lemah dan bukan pula karena orang lain begitu jahat. Namun, besar kemungkinan karena Anda layak tersakiti. Penyebabnya, ada dalam diri Anda sendiri. Sesuatu yang bisa jadi Anda sadari atau benar-benar tidak Anda ketahui.

Mari resapi apa yang disabdakan Rasulullah Saw., dalam potongan hadis berikut: Al-halalu bayyinun wa al-haramu bayyinun wa bainahuma musyabbihatun la ya’lamuha katsirun min al-nasi—halal itu jelas dan haram pun jelas dan di antara keduanya adalah syubhat yang banyak manusia tak mengetahuinya.

Bacaan Lainnya

Menurut Rasulullah Saw. perkara halal dan haram itu jelas. Sesuatu yang dibolehkan dan sesuatu yang dilarang oleh Syara’. Indikator keduanya terlihat dengan bernas dan tidak terbantah. Al-Qur`an, hadis dan pendapat-pendapat ulama mujtahid menyampaikan dan memerincinya dengan detail.

Perkara syubhat ada di antara keduanya. Tidak tampak halal, tetapi tidak pula terlihat haram. Namun, sekalipun demikian, perkara syubhat bukan hal yang sederhana. Ia menjadi penentu lain tentang baik dan buruknya kualitas beragama dan harga diri seseorang. Karenanya, sekalipun status hukumnya samar, akibat yang dimunculkannya jelas.

Faman ittaqa al-musyabbihati istabra`a lidinihi wa ‘irdlihi—maka sesiapa yang menjaga diri dari perkara syubhat ia akan terbebas dari urusan agama dan harga dirinya,” lanjut Rasulullah Saw. dalam hadisnya. Ibnu Hajar al-Atsqalani menjelaskan istabra`a dengan bebasnya urusan agama seseorang dari kurang dan harga dirinya dari ternodai.

Sederhananya, seseorang yang dengan sadar menyentuh harta syubhat atau melakukan perkara syubhat, potensi beramal salehnya akan berkurang dan harga dirinya mudah terinjak. Banyak faktor: Menjadi mudah berbuat dosa dan maksiat atau aibnya terbongkar sehingga harga dirinya runtuh di saat bersamaan. Ia akan dihinakan banyak orang.

“Sesiapa yang tidak mengerti cara menjauhi perkara syubhat, ia tidak akan selamat dari ucapan orang lain yang menghinakan dirinya,” tegas Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Fathu al-Bari. Menurutnya, ucapan hina bagi seseorang yang dekat dengan barang atau perkara syubhat adalah sebuah keniscyaan. Semua orang akan menghinakan pelaku dan pemakan barang syubhat.

“Karenanya, barang siapa yang tidak menjaga urusan duniawi dan penghidupannya dari perkara syubhat, senyatanya ia telah mempersilakan dirinya sendiri jatuh pada kehinaan,” pungkas Ibnu Hajar al-Atsqalani. Baiklah, jika Anda mudah tersakiti karena penghinaan orang lain, hati-hati, bisa jadi memang layak terlukai. (KPN/Kiki Musthafa)

 

 

 

Penulis: Kiki Musthafa