Muhasabah Waktu

KABARPESANTREN.ID—Muhasabah adalah hal paling niscaya bagi seorang hamba, demikian kata Imam Al-Ghazali. Seseorang yang senantiasa bermuhasabah, selalu mengisi waktunya dengan baik. Ia akan memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dan memperbaiki semua amalan ibadahnya.

Al-Qur`an membicarakan hal ini dalam QS. al-Hasyr ayat 18: Ya ayyuha al-ladzina amanu ittaqu Allaha waltahdhur nafsun ma qaddamat lighadin. Jika dikaji secara mendalam, ayat ini dimulai dengan perintah bagi orang yang beriman agar bertakwa kepada Allah Swt., ittaqu Allaha. Supaya, ketakwaan kepada Allah tersebut menjadi dasar bagi seseorang dalam mengevaluasi dirinya sendiri, waltandhur nafsun.

Bacaan Lainnya

Kemudian dilanjut menggunakan kata ma, yang di dalam bahasa Arab disebut isim maushul (kata sambung), untuk menunjuk sesuatu berupa apa saja, khusunya amalan yang telah diperbuat (qaddamat), baik amalan yang telah berlalu, pengalaman ataupun perencanaan. Semuanya harus dievaluasi.

Lalu untuk apa muhasabah amal tersebut? Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Al-Qur`an al-‘Adhim, mengatakan, “Untuk bekal ketika kita dikembalikan, yakni hari dimana kita dihadapkan dengan Allah Swt.”

Menarik untuk dihayati. Kata ghadin pada ayat di atas merupakan isim nakirah yang bermakna umum, bukan khusus (makrifat). Artinya, kata ghadin tersebut bermakna umum dan termasuk pula hal yang berhubungan dengan keadaan pada diri seseorang. Baik di esok hari, tahun depan, hari kiamat, ataupun hari akhirat.

Selanjutnya, mayoritas mufasir menafsirkan kata ghadin pada ayat itu dengan hari kiamat/hari akhirat. Hal ini mengindikasikan betapa pendeknya umur dunia. Hari akhirat disebutkan Al-Qur`an hanya dengan kata lighadin—besok hari. Ada isyarat bahwa jangan sesekali bermain-main dengan waktu. Amalan yang dilakukan saat ini, waktu ketika hidup di dunia, akan berkorelasi penuh dengan kondisi seseorang kelak di akhirat.

Terakhir, ujung dari QS. al-Hasyr: 18 ini, mengindikasikan adanya perintah untuk mengisi waktu dengan takwa kepada Allah, wattaqu Allaha. Hal ini, karena Allah Maha Mengetahui semua yang kita lakukan terhadap waktu yang Allah berikan, inna Allaha khabirun bima ta’maluna.

Muhasabah waktu adalah cara terbaik untuk menyadari bahwa kesempatan umur dari Allah adalah hal yang paling berharga. Cepat berlalu dan melesat seperti kilat. Akan hilang secara tiba-tiba dan celaka bagi mereka yang tak mengisinya dengan takwa. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]

Penulis: Irfan Mashudi, M.Ag., pengajar di Pondok Pesantren Terpadu Qoshrul Muhajirin Singaparna.
Editor: Kiki Musthafa