Merawat Malu

Foto: kabarpesantren.id

KABARPESANTREN.ID—Rasa malu termasuk bagian dari ajaran Islam, sesuai dengan hadis Nabi Saw., “Inna likulli dinin khuluqan wa khuluqu al-islami al-haya`usesungguhnya setiap agama memiliki akhlak (ajaran atau etika) dan akhlak dalam Islam adalah malu.”

Tanpa rasa malu, seseorang tidak akan merasa bersalah ketika melakukan sesuatu hal yang buruk. Mengumbar aurat, fitnah dan kebohongan, bukan lagi hal tabu. Terlebih di jagat media sosial yang luas dan tak terbatas. Pembuat konten dan yang menonton konten tersebut, urat malunya telah putus. Benar dan salah, elok dan tidak, bukan urusan.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut, Nabi Saw. bersabda, “Inna mimma adraka al-nasu min kalami al-nubuwwati al-ula: Idza lam yastahyi fashna’ ma syi`tasesungguhnya dari perkataan kenabian yang pertama diketahui orang-orang ialah: Jika kamu tidak memiliki rasa malu, berbuatlah sesukamu.”

Hadis di atas menjelaskan bahwa jika manusia tidak memiliki rasa malu, ia akan berbuat semaunya sendiri. Tak peduli pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Banyak contoh yang mengindikasikan hal itu. Baiknya, tentang diri kita sendiri saja. Siapa tahu kita menjadi malu, bertaubat dan iman dalam diri kita menguat.

Nabi Saw, bersabda tentang hal itu, “Al-haya`u min al-imani wa al-imanu fi al-jannati, wa al-badza`u min al-jafa’i wa al-jafa`u fi al-narirasa malu adalah bagian dari iman dan iman akan berada dalam surga, lalu perkataan kotor termasuk perangai yang buruk dan perangai yang buruk akan berada di dalam neraka.”

Tersebab hilang rasa malu, iman seseorang hilang. Hilangnya iman, menjadikan akhlaknya rusak. Akhlak yang rusak, mendorong seseorang berbuat semaunya sendiri dan jatuh pada neraka: Serba sulit ketika berada di dunia, akan sangat kesulitan saat berada di akhirat nanti. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. (KPN/Kiki Musthafa)

*Buletin Masjid Agung Kota Tasikmalaya memuat artikel ini dalam edisi cetak, Jumat (14/01/2021).

 

 

Penulis: Kiki Musthafa