Manusia Pelit

Foto: kabarpesantren.id

KABARPESANTREN.ID—Lawan kata dari pelit adalah dermawan yang berarti suka memberi. Tidak serakah dan tidak rakus. Orang yang dermawan dan manusia pelit amatlah berjarak. Hubungannya dengan Allah dan manusia pun berbeda.

As-sakhiyyu qaribun minal-haqqi wal-khalqi, wal-bakhilu ba’idun minal-haqqi wal-khalqi—Orang dermawan itu dekat dengan Allah dan makhluk, sementara manusia pelit jauh dari Allah dan makhluk,” sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadis.

Bacaan Lainnya

Kata qaribun—yang berarti dekat—merujuk pula pada hubungan yang baik dengan Allah dan sesama makhluk-Nya. Ibadahnya baik dan interaksinya dengan semua ciptaan Allah pun baik. Manusia pelit, tidak demikian.

Manusia pelit tidak memiliki kesadaran filantrofis yang baik. Egonya selalu tinggi. Tak peduli dengan sesama. Merasa bahwa semua yang (seolah) dimilikinya saat ini adalah buah dari kerja kerasnya. Sayang rasanya jika harus dibagi dengan sesama. Dari Allah jauh dari manusia pun jauh.

Imbasnya, sebanyak apa pun rezeki yang Allah titipkan kepadanya, berkahnya dicabut. Terasa hambar dan tak berbekas apa pun kecuali selalu merasa kurang dan tak tercukupi.

Banyak, tetapi melahirkan banyak madarat. Berlimpah, tetapi tak sedikit pun memberikan manfaat. Ketika Allah mempergilirkan dirinya berada dalam kondisi sulit dan terpuruk, tak satu orang pun peduli. Semua abai dan membiarkannya sendiri.

Menjadi dermawan adalah cara terbaik untuk mendapatkan segala kemudahan dalam hidup. Sebaliknya, menjadi manusia pelit adalah cara termudah untuk terjauh dari segala kebaikan dan terpenjara dalam kesulitan tiada ujung.

Dititipi Allah rezeki sedikit apalagi banyak, berbagi saja, niscaya akan terasa berkahnya. Jika pelit, hilanglah semua dan tak sedikit pun akan tersisa. (KPN/Kiki Musthafa)