KABARPESANTREN.ID—Ternyata salah satu indikator baiknya semangat berislam seseorang ditentukan oleh dua hal: Memberikan makanan dan mengucapkan salam. Tampak sederhana, tetapi justru itulah istimewanya.
Sebuah hadis shahih di Fath al-Bari mengisahkan seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ayyu al-Islami khairun?” Tanyanya, “Ya Rasulallah, apakah amalan paling baik dalam Islam?”
Rasulullah Saw. menjawab dengan tegas, “Tuth’imu al-tha’ama wa taqra`u al-salama.” Jawab Rasul, “Ialah memberikan makanan dan mengucapkan salam.” Dua hal yang mudah, tetapi sebenarnya cukup rumit.
Makanan adalah simbol kebutuhan primer dalam hidup manusia. Karenanya, tuth’imu al-tha’ama, merujuk pula pada pemberian yang amat krusial, orang lain terbantu, empati dalam dirinya menebal.
Selanjutnya, mengucapkan salam bukan hanya tentang berkata: Assalamu’alaikum. Namun, lebih dari itu. Salam adalah ungkapan doa untuk keselamatan sesama. Harus teraktualisasi dalam tindakan nyata.
Menyelamatkan keluarga dari maksiat. Menyelamatkan kawan dari madarat. Menyelamatkan musuh dari dendam kesumat. Ya, menyelamatkan semua orang. Tanpa terkecuali.
“Liman ‘arafta wa man lam ta’rif,” pungkas Rasul menutup hadis tersebut: Mengucapkan salam bagi orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal sama sekali. (KPN/Kiki Musthafa)