Hasud-Hasudan

KABARPESANTREN.ID—Judul tulisan ini bukan bahasa baku. Di KBBI tidak ada kosa kata hasud-hasudan. Namun, di kenyataan bukan lagi urusan kosa kata. Hasud-hasudan sudah menjadi kenyataan. Realitas yang tidak terbantahkan. Sejak dahulu.

Hasud Memiliki sejarah panjang di kehidupan manusia. Bahkan sebelum Nabiyullah Adam As. turun ke bumi. Membangun peradaban. Membawa sebuah misi. Menyisakan hati iblis yang terbakar oleh hasud itu sendiri.

Bacaan Lainnya

Lalu, rasa hasud itu diwariskan kepada anak-cucu Nabiyullah Adam As. Dulu yang hasud hanya sepihak, yakni iblis. Sekarang iblis mewariskannya untuk semua umat manusia. Menjadi saling hasud. Ya, hasud-hasudan itu.

Dulu itu. Ketika Iblis diminta bersujud kepada Nabiyullah Adam As. Mereka menolak. Enggan. Kami terbuat dari api. Adam hanya dibuat dari tanah. Mereka beralasan demikian. Tentu alasan yang amat songong dan tidak terdidik.

Mereka merasa lebih besar, terhormat, mulia, unggul. Merasa lebih segalanya. Gengsi harus mendaratkan kening di lantai di hadapan Adam. Akhirnya, dikutuklah iblis. Mereka terlaknat. Menjadi penghuni abadi nerakanya Allah.

Iblis murka. Adam dijadikan biang keladi. Mereka dendam. Berjanji akan menjerumuskan anak-cucu Adam pada neraka. Menjadi sekutu dan kawan mereka. Selama-lamanya. Itu janji mereka. Janji makhluk paling bajingan.

Misi dimulai dari dalam hati Qabil. Putra Nabiyullah Adam As. Ia membunuh Habil. Saudaranya sendiri. Qabil hasud pada Habil. Tak terima Habil dijodohkan dengan Ikrima. Qabil terlanjur cinta Ikrima. Namun, Habillah yang mendapatnya.

Kasus pembunuhan pertama di muka bumi. Dimulai dari hasud. Misi pertama iblis itu Sukses besar. Mereka bersorak sorai. Awal yang bagus untuk menuntas dendam pada Nabiyullah Adam As.

Misi selanjutnya mereka persiapkan dengan amat serius. Setiap detik. Setiap waktu. Satu pasukan iblis dibebani satu tugas. Semua kerja. Lembur. Menghembuskan hasud pada hati manusia. Gaji mereka dibuat berlipat ganda.

Tersebab hasud dihembuskan tanpa henti. Iblis terus menguntit. Membisiki manusia. Jadilah manusia hasud satu sama lain. Ujung-ujungnya hasud-hasudan. Kosakata yang tidak ada dalam KBBI. Namun, selalu ada dalam kenyataan.

Inovasi iblis dalam mengaktualisasi rasa hasud terkoneksi dalam banyak hal. Mulai dari urusan dagang dan uang. Urusan jabatan dan percintaan. Urusan pendidikan dan kepintaran. Urusan wibawa dan pencitraan.

Selebihnya, sampai pada urusan ibadah dan kealiman. Tak terkecuali. Semua urusan iblis urus. Dari A sampai Z. Dari nol sampai nol lagi. Dari timur sampai barat. Dari selatan sampai utara. Agar manusia saling hasud dan mencelakakan.

Manusia menjadi pewaris hasud dari iblis. Ada yang tidak terima dagangan orang lain laris. Hasud dan berbuat curang. Dagangannya dikirimi sihir. Agar kehilangan pelanggan. Agar rugi. Agar menjadi miskin.

Ada yang bersaing memperebutkan jabatan. Hasud dan saling menjatuhkan. Dibuatlah rencana jahat. Dibentuklah tim buzzer. Memosting hasutan dan fitnah setiap detik. Agar orang baik jatuh dan terpuruk.

Ada pula yang jatuh cinta sama istri orang. Hasud dan dipelet pakai jampi kepah-kepoh. Ada yang bersitegang perihal keilmuan. Kalah panggung. Tersisihkan. Bodoh tetapi merasa paling pintar. Ngamuk-ngamuk saat tersisihkan.

Dilesatkanlah santet dan guna-guna entah apa namanya. Agar orang lain mati karirnya dan sekalikus mati hidupnya. Saling terkam. Saling bunuh. Saling berebut kesempatan. Mencari tiket VVIP untuk masuk neraka secara gratisan.

Cukup demikian? Belum. Ini yang paling lucu. Ada yang merasa terganggu kalau orang lain ibadahnya lebih khusyuk. Tak mau kalau orang lain tampak lebih saleh dan alim. Ini khas iblis banget. Langsung ke poin utama.

Tak terima orang lain beribadah dengan baik kepada Allah. Awalnya, ya, niatnya bagus dalam konteks fastabiqul khairat. Orang lain tahajud, salat berjamaah, ngaji, sedekah, ikut-ikutan. Bagus. Amat sangat bagus.

Sayangnya, pelan-pelan iblis mulai merasuk. Orang lain tampak lebih baik. Ia merasa terusik. Orang lain pengajian dan pesantrennya ramai, eh, malah berisik. Dasar, manusia setengah iblis.

Seharusnya, manusia, ya, manusia. Iblis, ya, iblis. Tidak boleh ada manusia setengah iblis. Betul bahwa manusia bukan malaikat. Sepanjang waktu, saleh dan taat. Betul juga bahwa manusia bukan iblis. Sepanjang waktu, jahat dan bengis.

Akan tetapi, manusia punya modal. Secara fisik dan psikis diklaim Al-Qur`an dengan ahsani taqwim. Memiliki potensi besar menjadi khairu ummah. Syaratnya, menjaga diri dan orang lain. Dekat dengan hal baik. Jauh dari hal buruk.

Tentu, dalam koridor beriman kepada Allah. Yang hasud-hasudan berarti tidak punya iman, apa dan bagaimanapun cara mereka berpakaian. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]

 

 

Penulis: Kiki Musthafa