Baik, Buruk, Alhamdulillah

Foto: kabarpesantren.id

KABARPESANTREN.ID—Perjalanan hidup senantiasa mengantarkan seseorang pada keadaan baik dan pula buruk. Tak selamanya baik. Tak pula selamanya buruk. Silih berganti. Baik berganti buruk. Buruk kembali menjadi baik.

Terlepas dari semua itu, pada hakikatnya Allah selalu menyiapkan segala hal baik, terlebih untuk mereka yang istiqamah dan taat di jalan-Nya. Jika pun tampak buruk, semata-mata ujian atau peringatan agar kembali menjadi baik.

Bacaan Lainnya

Karenanya, respon Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa sallama saat melihat hal yang baik atau sebaliknya tersampaikan dalam konteks bersyukur kepada Allah. Baik dan buruk, sama-sama alhamdulillah.

Hal baik, disyukuri sebagai sebuah kebaikan yang dapat menyempurnakan amalan saleh berikutnya. Hal buruk pun demikian, disyukuri sebagai satu keadaan yang dapat diambil hikmahnya agar menjadi baik kemudian.

Sayyidah Aisyah Radliya Allahu ‘anha mengonfirmasi respon tersebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan langsung olehnya, “Idza Ra`a ma yuhibbu, qala: Alhamdulillahi al-ladzi bini’matihi tatimmu al-shalihatu.”

Kata Sayyidah ‘Aisyah Ra, saat Rasul mendapati hal yang ia sukai, beliau berucap, “Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat dari-Nya tersempurnakan setiap amalan saleh.”

Selanjutnya, “Wa idza ra`a ma yakrahu, qala: Alhamdulillahi ‘ala kulli halin.” Kemudian, lanjut Sayyidah ‘Aisyah Ra, ketika Rasul memperoleh hal yang tak menyenangkan, beliau berkata, “Segala puji bagi Allah untuk semua keadaan.”

Cara Rasulullah Saw merespon keduanya adalah uswah—contoh—paling keren yang beliau tunjukkan. Umat harus mengamalkan respon yang sama: Baiknya alhamdulillah. Buruknya pun, tetap, selalu alhamdulillah. (KPN/Kiki Musthafa)