Di sebuah sore yang getir
seorang ayah memeluk anaknya,
ia berkata, “Ayah akan pergi untuk
menunjukkan pada dunia bahwa kita
adalah negara besar.” Hatinya berontak
dan berharap Vladimir mengamputasi
hasrat agresi yang mendidih di dadanya
dan ia tetap di rumah
Anaknya mendekap erat,
ia berbisik, “Ayah haruskah kita
terlihat gagah dengan melumpuhkan
yang lain?” Hatinya memohon dengan
penuh harap agar ayahnya urung pergi
dan berkenan menemaninya bermain
hingga malam bertamu di langit
Moskow yang mendadak kelabu
Di sebuah sore yang lain seorang
ayah memeluk anaknya dengan deras
hujan di kedua mata dan debur ombak di
permukaan dada, ia berkata, “Pergilah, jaga
ibumu, Ayah akan tetap di sini, bertarung sendiri
mempertahankan negara ini.” Hatinya meronta
dan meminta pada langit bahwa ini hanyalah
mimpi yang akan usai di pagi hari
Anaknya mendekap dengan badai
yang meniba di wajah dan gempa yang
bergetar hebat di sekujur tubuh, ia berbisik
lirih, “Ayah haruskan aku pergi sementara kau
bertelanjang harapan menghadapi musuh sendiri?”
Hatinya berteriak membangunkan dunia yang pura-
pura tertidur di saat Kiev menghadapi invasi tergila
sepanjang sejarah perang umat manusia
2022