Santri Harus Masagi (Bagian 4)

Gun Gun Gunawan, S.S., M.A., pengurus Ponpes Miftahul Jannah Cigugur, dosen STAI Darul Arqam Garut, almuni S2 Agama dan Lintas Budaya UGM dan penerima Beasiswa S3 LPDP Santri Luar Negeri.

Apa yang dikatan Syaikh Muhammad Abduh tidak lain adalah pengalaman dirinya ketika mengunjungi Perancis. Di sana ia melihat betapa negeri itu sangat maju.

Ia melihat betapa kota-kotanya bersih, masyarakatnya disiplin dan pekerja keras. Ia melihat bahwa sekalipun warga Perancis bukan orang Islam tetapi mereka mengamalkan Islam. Kebersihan, kerja keras, dan disiplin adalah ajaran Islam.

Bacaan Lainnya

Sementara di tanah airnya, di Mesir ia melihat bahwa penduduknya hampir semua beragama Islam, tetapi ia lihat masyarakatnya malas, tidak teratur, tidak disiplin, kotanya kotor karena penduduknya tidak peduli kebersihan. Maka ia melihat orang Islam, tetapi tidak melihat ajaran Islam.

Apa yang dikatakan Syakib Arslan dan Syeikh Muhammad Abduh sebenarnya sedang terjadi di sekitar kita, di negara kita. Betapa umat ini terbelakang secara politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Betapa umat ini abai terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan dengan membuang sampah sembarangan dan meruskan hutan.

Semua ini sudah semestinya menjadi bahan renungan umat Islam khusunya kyai dan santri. Santri sebagai pihak yang selama ini terdepan mempelajari agama mestinya menjadi terdepan dalam mengamalkan Islam secara utuh. Tidak setengah-setengah. Santri harus masagi.

Menjadi santri harus serba bisa. Selain memahami ilmu-ilmu agama secara utuh, santri juga harus sadar ilmu politik, ekonomi, sejarah, filsafat, kedoteran, pertanian, dan ilmu-ilmu lain yang menunjang kemajuan umat. Santri jangan berpikir bahwa ilmu-ilmu itu bukan ajaran Islam. Justru harus sebaliknya, semua ilmu yang membawa kepada kemasalahatan manusia itu ajaran Islam.

Santri jangan berpikir bahwa di akhirat tidak akan ditanya ilmu kimia atau ilmu matematika. Justru santri harus sadar bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini akan ditanya dipertanggungjawabkan. Kita memiliki ilmu apapun jika digunakan untuk kebaikan akan bernilai ibadah dan menjadi pemberat timbangan kebaikan kelak. Kita punya ilmu ekonomi, jika dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umat Islam dan kemajuan dkawah, maka tentu akan bernilai ibadah di sisi Allah.

Sebaliknya, jika kita hanya mempelajari agama saja dan terbelakang dalam ilmu pengetahuan, kita tidak dapat berbuat banyak untuk menjaga kehormatan umat dan agama Islam. Kita hanya mampu shalat saja, kita abai terhadap kondisi umat Islam yang memperihatinkan. Kita tidak dapat menolong saudara , tetangga, dan masyarakat Islam yang terbelakang secara ilmu dan ekonomi.  Jika semua umat Islam seperti ini, lalu bagaimana kita melakukan i’lai kalimatillah. Bagaimana kita meninggikan kalimat Allah?.

Indonesia, adalah negeri mayoritas Islam. Ada 250 juta umat Islam di negeri ini. Dan ada lebih dari jutaan santri dan ratusan ribu pesantren.  Siapa yang akan memajukan umat Islam kalau bukan umat Islam sendiri. Maka dari itu, ayo para santri bergerak dan memberi dampak. Pelajari ilmu agama dengan sungguh-sungguh. Bekali diri dengan keterampilan dan ilmu pengetahuan untuk bekal masa depan demi kemaslahan diri, keluarga, umat, dan bangsa. Santri Kudu Masagi!

Penulis: Gun Gun Gunawan, S.S., M.A. : Pengurus Ponpes Miftahul Jannah Cigugur, Dosen STAI Darul Arqam Garut, almuni S2 Agama dan Lintas Budaya UGM dan penerima Beasiswa S3 LPDP Santri Luar Negeri.