Santri Harus Masagi (Bagian 1)

Gun Gun Gunawan, S.S., M.A., pengurus Ponpes Miftahul Jannah Cigugur, dosen STAI Darul Arqam Garut, almuni S2 Agama dan Lintas Budaya UGM dan penerima Beasiswa S3 LPDP Santri Luar Negeri.

KABARPESANTREN.ID—Seratus tahun sejak meninggalnya Rasulullah Saw, Islam telah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Kekuasaan Islam berhasil mengalahkan dominasi dua negara adidaya saat itu, Romawi dan Persia.

Kala itu, kekuasan Islam menancap dengan kuat, mulai dari Andalusia—Spanyol di daratan Eropa—hingga ke perbatasan Cina. Membangun peradaban baru yang kokoh dan berlangsung lama.

Bacaan Lainnya

Cordova di Spanyol, Kairo di Mesir dan Bagdad di Irak merupakan beberapa pusat peradaban Islam yang memancarkan cahaya kemajuan. Agama dan ilmu pengetahuan berjalan beriringan dengan begitu mesra.

Diskursus keilmuan agama, seperti fiqih, tafsir, tauhid dan tasawuf berkembang dengan pesat bersama dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti filsafat, bahasa, sastra, geografi, kedokteran dan astronomi.

Karenanya, banyak ulama yang tidak hanya fasih berbicara tentang keilmuan dalam Islam, tetapi pula ahli di bidang filsafat, astromi dan kedokteran. Salah satu indikator berkembangnya pergerakan intelektual dan keilmuan saat itu adalah lahirnya beberapa karya tulis berupa kitab.

Contoh yang paling nyata adalah Ibnu Sina, seorang ulama yang juga ahli di bidang kedokteran. Di Eropa namanya dikenal dengan Avicena. Beliau adalah dokter pertama di dunia yang mempraktikkan ilmu bedah.

Selama berabad-abad, kitabnya Qanun  fi al- Thib (Kitab Undang-Undang Kedokteran) menjadi rujukan di berbagai perguruan tinggi di Eropa. Ditulis ulang dan dipelajari sebagai fondasi keilmuan di dunia medis modern. Tidak mengherankan jika Ibnu Sina dinobatkan sebagai bapak kedokteran dunia.

Kita juga mengenal Ibnu Haitham dari Mesir yang ahli di bidang ilmu cahaya. Teorinya tentang cahaya menjadi bagian penting dari penemuan kamera yang kita nikmati saat ini. Sesuatu yang melahirkan banyak manfaat sepanjang masa.

Ada pula Abu Musa bin Muhammad al-Khawarizmi yang menemukan teori Matematika Aljabar dan angka nol. Teori ini masih dipelajari di berbagai institusi pendidikan dan dipakai sampai saat ini—di seluruh penjuru dunia.

Bahkan penemuan angka nol oleh al-Khawarizmi, mendasari penemuan sistem operasi komputer. Sederhananya, tanpa penemuan angka nol tersebut, sistem operasional komputer tak mungkin ada hingga hari ini.

Sejarah juga mengenal Ibnu Khaldun, seorang sejarawan dan sosiolog jempolan, Ibnu Rusydi seorang filsuf dan al-Firnasi, orang yang pertama melakukan percobaan penerbangan dan mengilhami ditemukannya pesawat terbang.

Mereka adalah sedikit dari banyak para ulama yang hidup di abad pertengahan—ketika peradaban Islam menjadi yang termaju di dunia. Peradaban yang membawa cahaya kemajuan bagi bangsa Eropa yang saat itu berada dalam kemunduran akut. (KPN/Gun Gun Gunawan)

 

Penulis: Gun Gun Gunawan, S.S., M.A., pengurus Ponpes Miftahul Jannah Cigugur, dosen STAI Darul Arqam Garut, almuni S2 Agama dan Lintas Budaya UGM dan penerima Beasiswa S3 LPDP Santri Luar Negeri.
Editor: Kiki Musthafa, Heri Nurdiansyah