KABARPESANTREN.ID—Linimasa media sosial dan pemberitaan ramai dengan kabar pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas tentang azan.
Sekalipun sudah diklarifikasi oleh pihak Kemenag, persepsi publik sudah kadung terbentuk kuat. Lidah terlanjur berucap. Kata tak bisa ditarik.
Pro dan kontra mengalir deras di ruang publik. Membentuk polemik yang agaknya tak mungkin usai dalam satu-dua hari saja.
Tasaro GK, penulis novel best seller biografi Muhammad Saw: Lelaki Penggenggam Hujan melihat polemik itu dari sudut pandang yang lain.
Baginya, terlepas adanya klarifikasi dari pihak Kemenag, salah satu masalah dari biang persoalan tersebut adalah perihal kecakapan literasi pejabat publik.
Dalam unggahan di akun Instragram-nya, @tasarogk, ia memposkan video azan yang amat merdu. Sebuah kritik yang halus nan cantik.
Baginya, daripada mengatur volume toa, pemegang kebijakan akan lebih produktif andai mengalihkan kebijakan pada pelatihan muazin se-Indonesia.
Suara azan yang indah, lanjutnya, akan mengajak setiap muslim ringan melangkahkan kaki ke masjid.
Sementara itu, pungkasnya, untuk suara azan yang indah, tak akan ada telinga manapun yang keberatan mendengarkannya. Sekalipun lima kali dalam sehari.
Pada bagian akhir unggahannya, Tasaro GK memandang bahwa polemik pernyataan Menag terjadi karena pejabat lemah dalam hal literasi.
Kegagalan Menag menyampaikan maksud kepada komunikan, berujung fatal. Menurutnya, komunikasi bukan hanya soal niat, tetapi perkara diksi dan konsekuensi.
Polemik tersebut bermula dalam sebuah wawancara di Pekanbaru (23/2/2022). Menag menganalogikan suara azan dengan gonggongan anjing.
Atas nama toleransi, Menag bermaksud agar bisingnya pengeras suara di masjid dan musala tidak mengganggu non-muslim andai dihidupkan secara bersamaan.
Hal yang sama, sebagaimana seorang muslim akan merasa terusik oleh gonggongan anjing andai tinggal di tengah-tengah komunitas non-muslim.
“Buat para pejabat, yuk, perkuat literasi. Apa yang ada di kepala, kadang gagal sampai ke komunikan, bahkan berdampak fatal, jika kalimat tak tepat kata, kalau analogi tak setara,” tulis Tasaro GK di bagian akhir unggahannya. (KPN/Kiki Musthafa)