“Muludan” di IAIC, Rektor: Mahasiswa Harus Meneladani Akhlak Nabi

Petingatan Maulid Nabi Saw. di Kampus Institut Agama Islam Cipasung Tasikmalaya Jawa Barat

KABARPESANTREN.ID—Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) Tasikmalaya, menggelar acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. (24/10/21).

 

Bacaan Lainnya

Tema yang diambil pada acara maulid tahun ini adalah “Menjunjung Tinggi Persatuan dan Fastabiqul Khairat”. Dihadiri seluruh mahasiswa IAIC dari semua fakultas, dosen dan keluarga besar Pondok Pesantren Cipasung.

 

Acara diawali dengan ziarah ke maqbarah pendiri Pondok Pesantren Cipasung, al-maghfurlahuma, KH. Ruhiyat dan KH. Ilyas Ruhiyat, dilanjut penampilan hadrah dan gambus di aula kampus, dilengkapi dengan lomba tumpeng yang dibuat oleh mahasiswa IAIC lintas fakultas dan jurusan.

 

“Acara Maulid Nabi Saw. dilaksanakan sebagai bukti cinta kita kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. Jika ada acara-acara maulid, di mana pun kalian berada, harus hadir di acara tersebut dan senantiasa mencontoh akhlak Nabi,” pesan Rektor IAIC, Bapak Drs. KH. A. Bunyamin Ruhiyat, M.Si.

 

“Selanjutnya, ingat, kita harus menyimpan kata Sayyidina dalam shalawat yang disampaikan kepada Nabi, allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad… ” lanjut Pak Kiai saat membahas rasa cinta dan takzim terhadap Nabi Saw. 

 

Acara berlangsung khidmat dan dihadiri oleh seribu lebih mahasiswa IAIC. Mubalig yang hadir pada acara maulid tahun ini adalah Kiai Abas Suryaningrat, M. Pd. Dalam paparan ceramahnya, Kiai Abas menjelaskan sejarah maulid di Indonesia.

 

“Peringatan Maulid Nabi di Indonesia, tidak lepas dari peran walisongo sebagai penyebar Islam di nusantara. Dengan memperingati hari dilahirkannya Baginda Nabi Saw., sejatinya kita sedang mengungkapkan rasa cinta kepada beliau,” ucap Kiai Abas dalam ceramahnya.

 

Di penghujung ceramahnya, Kiai Abas menjelaskan tentang hikmah dari tipologi diciptakannya manusia.

 

“Pertama, Nabi As., diciptakan oleh Allah dari tanah, hikmah yang bisa kita ambil, sekalipun diinjak-injak, harus tetap memberi manfaat bagi orang lain. Kedua, Siti Hawa, istri Nabi Adam As, diciptakan dari tulang rusuk manusia lainnya, hikmahnya bahwa manusia akan saling membutuhkan satu sama lain, karena harus saling menoling satu sama lain,” jelas Kiai Abas dengan penuturan yang khas, cerdas dan lugas.

 

“Demikian hal dengan diciptakannya Baginda Rasulullah Saw., semata-mata agar manusia mencontoh keluhuran akhlak dan keteladan yang beliau contohkan. Peringatan Maulid Nabi adalah momentum yang tepat untuk mengingat kembali uswah hasanah yang Rasul ajarkan dan contohkan. Mencintai Rasul berarti mengikuti sunnah-nya dan mencontoh akhlaknya,” tegas Kiai Abas di bagian akhir ceramahnya.[]

 

Penulis: Nazmi Qurotal A'yun, mahasiswa IAIC, pegiat di Komunitas Penulis IAIC (KOPI)