Mandiri Pangan ala Pesantren Khoirul Hikmah

salah satu kawasan peternakan bebek yang merupakan salah satu sumber pangan pondok pesantren Khoirul Hikmah Sukamantri.

KABARPESANTREN.ID—Pesantren Khoirul Hikmah Sukamantri terus berinovasi dalam menggerakkan roda ekonomi kepesantrenannya.

Pondok pesantren ini berada di tempat strategis, di Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Memiliki potensi alam yang melimpah dan mendukung.

Bacaan Lainnya

Berangkat dari mayoritas santri yang kurang mampu munculah ide untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.

Sekalipun bergulat dengan keterbatasan dan tanpa menunggu bantuan dari pemerintah. Pesantren ini tetap eksis dan terus berkegiatan.

Bukan tanpa beban, kebutuhan biaya oprasional kegiatan harus terpenuhi. Namun, dengan inovasi dan semangat yang gigih, perlahan-lahan kekurangan itu dapat teratasi.

Pondok Pesantren Khoirul Hikmah memulai kemandirian ekonomi dan pangan pesantren dengan memelihara domba.

Menurut Kang Khoirul Anwar, pimpinan pondok pesantren, memelihara domba tidak bertujuan untuk usaha skala besar. Baginya, memelihara domba adalah investasi untuk kegiatan dan pengembangan pesantren.

Konsep pemeliharannya cukup unik. Pesantren menitipkan domba ke warga dengan sistem bagi hasil. Selain itu, pesantren ini pun mulai merambah ke peternakan unggas, salah satunya adalah bebek.

Hasil dari menjual telur bebek, disisihkan sebagian untuk mengembangkan peternakan unggas lainnya, seperti ayam dan entok.

Sekarang Pesantren Khoirul Hikmah kurang lebih sudah memiliki 50 ekor ayam dan 30 ekor entok.

Selain peternakan unggas, pondok pesantren ini memanfaatkan keadaan lingkungan alam sekitar, yakni stok air yang melimpah.

Dengan air yang melimpah, pesantren berinisiasi untuk membuat kolam ikan. Sekarang jumlah kolam ikan yang berada di Pesantren Khoirul Hikmah sudah berjumlah 4 kolam.

“Dengan adanya kegiatan peternakan ini saya berharap gizi santri terpenuhi, minimal 2 minggu sekali mereka makan bersama dengan lauk ayam atau ikan,” ujar Kang Khoirul Anwar. (KPN/Heri Nurdianyah)