Dzulfikri, Semangat Muda Pengajar Tahfidz Quran

Muhammad Dzulfikri, Salah satu pengajar muda Pondok Pesantren Pondok Pesantren KH.Abdul Qadir Qasim Karajaang, Kabupaten Selayar, Sulawsi Selatan.

Muhammad Dzulfikri lahir 18 tahun yang lalu. Ia sekarang sedang mengajar tahfidz quran di Pondok Pesantren KH. Abdul Qadir Qasim Karjaang, Kecamatan Bontomanai Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengajar muda yang satu ini memiliki hobi berolahraga terutama sepak bola. Muhammad Dzulfikri mengajar di pesantren sebagai guru tahfidz quran.

Bacaan Lainnya

Dzulfikri mulai mengajar tahfidz quran sejak ia masih bersekolah di tinggkat menengah atas. Lebih tepatnya mengajar hafalan quran, tajwid dan pengucapan huruf kepada santri golongan usia sekolah menengah pertama.

Semenjak pandemi melanda, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren menjadi tersendat karena lembaga sendiri menutup kegiatan pembelajaran secara tatap muka dan pembelajaran santri beralih secara daring.

Namun kini pembelajaran tatap muka secara langsung dengan para santri sudah bisa gelar.

Pemuda dari tiga bersodara ini sebelumnya tidak pernah terbersit sedikit pun untuk mengajar di pesantren karena dia memiliki cita-cita sebagai polisi atau tentara.

Sempat mengikuti tes seleksi menjadi tentara namun tidak lulus dikarenakan ada kekurangan fisik di bagian penglihatan.

Tenaga dan kelilmuannya terutama dalam ilmu al-quran sangatlah membantu dalam proses belajar di pondok pesantren sehingga lebih meningkatkan pelayanan belajar terutama al-quran kepada para santri.

Alasan mengajar di pondok pesantren tersebut karena rata-rata orang mau masuk pondok itu adalah orang yang mau menghafal quran selain itu juga ia senang mendoakan anak-anak apalagi ketika masa  usia sekolah.

“Mengajarkan alquran memiliki pahala yang sangat besar. Setiap satu huruf yang diajarkan dan diamalkan itu akan menjadi kebaikan”. Ujarnya saat di wawancara kepada kabarpesantren.id

“Motivasi untuk mengajar salah satunya juga adalah karena banyak teman-teman seperjuangan yang dulu ketika mondok di Jawa kini mengajar bersama di pondok ini.”  Lanjutnya.

“Dalam mengajar tahfidz quran banyak kesulitan dan tantangannya salah satunya adalah karena para santri usia menengah pertama ini belum terbiasa membaca quran sehingga pengajaran quran harus di mulai dari nol.Ini Sangat membutuhkan kesabaran”.

“Bagi adik-adik yang masih menghafal atau ingin melancarkan al-quran harus selalu banyak membaca quran”.

“Banyak sekali penghafal al-quran yang masih belum lancar dalam pengucapan terutama tajwid. Jadi lebih baik membiasakan diri dulu membaca quran supaya lancar dalam pengucapan dan pelafalan”.

“Kita harus memiliki metode mengajar yang bagus untuk santri sehingga santri merasa nyaman dalam belajar. “

“Masih banyak cara pandang-orang terhadap pesantren yang identik dengan keras dan ketat sehingga para calon santri enggan untuk belajar di pondok pesantren.”

”Jangan pernah menganggap anak muda itu tak layak mengajar karena dalam agama bukan nilai siapa yang paling tua yang layak tetapi siapa yg paling tau soal permasalahan”.