Andai Saja Handphone itu Al-Quran

jurnalapps.co.id

KABARPESANTREN.ID—Menghitung durasi waktu yang habis untuk bermain handphone, sama hal dengan mendikte semua kemalasan-kemalasan kita. Tentu, ungkapan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa berlama-lama membuka handphone adalah selamanya buruk. Akan tetapi, diakui atau tidak, memainkan handphone untuk hal-hal yang tak bermanfaat, telah banyak menguras waktu kita dalam satu hari. Watak pemalas kita tumbuh subur dalam kesia-siaan tersebut. Setiap detiknya. Setiap harinya. Setiap bulan dan tahunnya.

Bayangkan saja. Handphone dan kita bagaikan tubuh dan baju. Dilepas hanya saat mandi dan basah saja. Di luar itu, nyaris dibawa. Bangun tidur buka handphone. Mengecek notifikasi. Membalas WA yang tak terbalas saat sebelum memejam mata. Satu persatu dilihat dengan seksama. Sarapan pegang handphone. Tangan kanan menyuap nasi. Tangan kiri membuka chat dan memeriksa berita terhangat di banyak kanal media online. Boleh jadi informasi yang terserap di kepala kita amat sangat banyak. Sayangnya, tak semuanya bermanfaat.

Bacaan Lainnya

Tidak selesai sampai di sana. Di tempat kerja, handphone adalah bagian dari prioritas. Jika saja tertinggal, sungguh akan tersiksa. Sudah terlanjur bersama dan tidak terpisahkan. Rasa-rasanya, lebih tertinggal bekal untuk makan siang dari pada tertinggal handphone. Jika memungkinkan, memaksakan kembali pulang terlebih dahulu adalah pilihan satu-satunya. Handphone harus terbawa atau hidup semakin terasa hampa. Tak bergairah dan benar-benar terasa amat sepi. Tangan akan sangat kehilangan jika tak ada handphone dalam genggaman.

Sore harinya. Sepulang kerja dan melakukan aktivitas seharian. Sembari rebahan. Yang terpegang di tangan tak lain dan tak bukan. Handphone. Menonton video dan foto di medsos. Terlebih yang sedang viral. Malam tiba. Sebelum tidur atau bahkan sampai malam benar-benar larut. Tengah malam masih terjaga padahal besok harus kembali beraktivitas seperti biasa. Masih memelototi handphone. Video youtube terbaru atau menonton film melalui platform untuk streaming film secara online.

Ketika kita istirahat, dua hal yang kita pastikan: Handphone berada di samping bantal atau benar-benar ter-charge agar ketika bangun tidur baterainya full 100%. Begitu telatennya kita memastikan bahwa handphone tidak boleh jauh bahkan ketika kita beristirahat sekalipun. Handphone menjadi sulit terpisahkan dalam setiap aktivitas kita. Selalu ada ketakutan dan kegelisahan andai beraktivitas tanpa melibatkan handphone. Jika rusak sedikit saja. Langsung dibawa ke tempat servis. Agar tidak lecet, dipasanglah silicon case agar aman dan tetap mulus.

Tanpa disadari. Ritme penggunaan handphone yang begitu intens dan merasa tak bisa beraktivitas tanpa handphone adalah gejala nyata dari nomophobia (no mobile phobia). Kecanduan handphone—juga gawai lainnya—yang menjadikan seseorang terikat dan merasa tidak mungkin serta tidak mampu beraktivitas secara wajar jika tanpa handphone. Ketergantungan yang amat sangat dan tentu saja mengganggu andai intensitasnya tidak berkurang. Handphone menjadi bagian penting dari kehidupan kita hari ini.

Imbasnya, memengaruhi semangat dan kualitas kerja serta semua aktivitas keseharian kita. Dalam kondisi demikian, sugesti yang muncul karena larut dimabuk banyak bayangan dan imajinasi lain yang didapat dari berselancar melalui handphone, membuat seseorang berada pada kondisi psikis yang serius. Menjadi minder. Penuh angan-angan. Merasa gagal. Tak bisa total dalam banyak hal karena dirundung rasa malas. Terjebak pada bayang-bayang orang lain yang tampak ideal di media sosial. Sekali lagi, ini menyoal penggunaan saja. Andai dimanfaatkan untuk menyerap informasi yang baik dan menginspirasi lahirnya kebaikan-kebaikan, tentu lain cerita.

Akhirnya, andai saja handphone itu adalah Al-Quran. Ayat-ayatnya dibaca setiap detik. Notifikasi tentang amal saleh dan buruk, cerita orang baik dan tidak, hikmah kehidupan dan formulasi hukum, dipahami dan diperiksa setiap hendak, akan, dan setelah melakukan aktivitas. Sebelum tidur dilihat, direnungkan dan dijadikan bahan evaluasi. Bangun tidur dibaca lagi. Dijadikan bekal untuk menghabiskan hari. Andai saja. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. (KPN/Kiki Musthafa)

*Edisi cetak tulisan ini dimuat di Buletin Masjid Agung Kota Tasikmalaya (Jumat, 16/12/2022).