KABARPESANTREN.ID—Ini lanjutan dari tulisan sebelumnya, Ingin Bahagia, Sadar Diri! Bagian kedua dari tiga hal yang menggenapkan iman dalam diri seseorang: Badzlu al-salam li al-‘alam—menebarkan salam bagi semesta. Tentang hal ini, memberikan salam harus pula disampaikan dalam sebentuk tindakan. Salam adalah konstruksi doa yang tersampaikan tentang keselamatan untuk sesama. Harus diaktualisasikan.
Dalam ucapan assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh, tersampaikan doa semoga keselamatan dan rahmat Allah juga berkah-Nya senantiasa menyertai mereka yang kita ucapi salam. Sebentuk doa yang kita bangun melalui teknis pelafalan, diucapkan, dikatakan. Diungkapkan secara langsung kepada orang lain dalam satu memontum tertentu.
Uniknya, sekalipun mengucapkan salam adalah pemberian doa yang status hukumnya sunnah, tetapi menjawabnya justru berimplikasi hukum yang lain. Jika salam diucapkan secara individu dan disampaikan langsung, wajib dijawab secara langsung pula. Jika diucapkan secara umum dalam satu majelis tertentu, sunnah muakkad. Demikian menurut Imam Syafi’i.
Diskusi tentang salam dalam bentuk pelafalan, sudah mafhum. Mari kita diskusi tentang salam dalam bentuk lain pada badzlu al-salam li al-‘alam. Secara literal, kata al-badzlu bermakna al-‘atha`yang berarti pemberian—badzlu al-salam berarti memberikan salam. Dalam bentuk tindakan, memberikan salam adalah melakukan banyak hal untuk keselamatan yang lain.
Objek dari pemberian salam tersebut adalah kata al-‘alam yang berarti al-khalqu kulluhu (seluruh makhluk) di satu sisi dan al-‘alam yang berarti dunia di sisi lainnya. Bukan hanya pada semua manusia, tetapi pula pada semua yang Allah ciptakan, hewan, pepohonan, gunung, sungai, lautan dan sebagainya. Semua yang Allah ciptakan, tanpa terkecuali.
Pada tindakan nyata, badzlu al-salam li al-‘alam adalah ikhtiar menyelamatkan semua yang Allah ciptakan—dari semua keburukan-kemadaratan. Memberi salam kepada hewan-hewan, di antaranya, menjaga dan menyelamatkan habitat mereka dari upaya eksploitasi untuk kepentingan tertentu. Semakin rakus manusia, semakin tidak pedulilah ia terhadap makhluk lainnya yang Allah ciptakan.
Demikian pula dengan pepohonan. Maraknya penebangan pohon secara ilegal yang dilakukan secara sistematis, jelas, menimbulkan madarat yang tidak sembarang. Semisal, merusak ekosistem hutan, resapan air menjadi berkurang, menimbulkan banjir berkepanjangan, menyebabkan tanah longsor dan melahirkan madarat lainnya.
Selanjutnya, menjaga gunung agar tetap asri. Menjaga sungai agar tetap bersih. Menjaga lautan dan lainnya. Gunung dan hutan adalah sumber kehidupan. Demikian dengan sungai dan lautan. Menyelamatkan ketiganya, sama hal dengan menyelamatkan kehidupan manusia. Gunung dan bukit tidak dibabat dan keruk habis. Sungai tidak dijadikan muntahan limbah pabrik dan lautan tetap lestari.
Semua yang diciptakan oleh Allah, senantiasa berzikir dan berdoa. Menyelamatkannya, sama hal dengan mengundang doa-doa terbaik yang dilantunkan setiap saatnya. Hanya saja, kita tidak benar-benar menyadarinya. Sebaliknya, merusak alam sama hal dengan mengundang doa-doa terburuk yang kemudian datang menjadi bencana.
Demikianlah hakikat memberikan salam yang menjadi salah satu indikator terhimpunnya iman dalam diri seseorang. Iman kepada Allah harus pula dibarengi dengan menjaga semua yang Ia ciptakan. Sederhananya, mengucapkan salam adalah melangitkan doa, sementara ikhtiar menjaga dan menyelamatkan adalah upaya mengaktualisasikan doa tersebut dalam tindakan nyata. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]