Santri Harus Masagi (Bagian 3)

Gun Gun Gunawan, S.S., M.A., pengurus Ponpes Miftahul Jannah Cigugur, dosen STAI Darul Arqam Garut, almuni S2 Agama dan Lintas Budaya UGM dan penerima Beasiswa S3 LPDP Santri Luar Negeri.

KABARPESANTREN.ID-Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Tetapi kita hanya menjadi objek bagi kemajuan Barat. Siapakah yang membuat handphone yang kita genggam saat ini? Siapakah yang membuat komputer, sepeda motor, mobil, dan berbagai tekonologi saat ini? Atau siapakah yang membuat speaker di masjid kita? Atau perusahaan manakah yang memproduksi sabun dan shampoo yang kita gunakan tiap hari? Tentu semua itu bukan bangsa kita, bukan pula bangsa Muslim.

Semua itu produk orang-orang non-Islam. Kita hanya jadi pembeli. Kita hanya jadi pelanggan mereka. Bahkan banyak dari umat Islam, yang meniru budaya Barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti minuman keras, pergaulan bebas, dan gaya berpakaian yang tidak seseuai dengan syariat.

Bacaan Lainnya

Pada awal abad ke-20, ketika  umat Islam sedang dalam puncak kemunduran akibat cengkaraman penjajahan Barat, muncul pertanyaan retoris dari Syakib Arslan di Lebanon  yang sebenarnya berasal dari ulama Nusantara, Syaikh Muhammad Basyuni Imran. Limadza Ta’akharal Al-Muslimun Wa Limadza Taqaddama Ghairuhum. Mengapa umat Islam terbelakang dan mereka (Kristen/Barat) maju?

Dalam majalah Al-Manar di Mesir, Syakib Arslan mengunkap bahwa yang membuat umat Islam mundur diantaranya adalah karena mereka tidak mengamalkan sepenuhnya ajaran Al-Qur’an, tidak mau bekerja keras, tidak cinta ilmu pengetahuan, cinta dunia, tidak mau berkorban harta, minder dengan identitasnya sendiri, dan banyaknya para ulama yang terlalu dekat dengan penguasa sehingga mereka tidak dapat menegur penguasa (Sunda: heurin ku letah).

Sementara itu mengapa orang Barat maju, itu karena mereka sejatinya mengamalkan ajaran Islam yaitu diantaranya  mencintai ilmu pengetahuan, suka bekerja keras,  dan disiplin.

Syaikh Muhammad Abduh pernah berkata “dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-Islam wa lam aro al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-‘arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-Islam”. Saya pergi ke negara Barat, saya melihat Islam namun tidak melihat orang Islam. Dan Saya pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam.

Lanjut Disini

Penulis: Gun Gun Gunawan, S.S., M.A. : Pengurus Ponpes Miftahul Jannah Cigugur, Dosen STAI Darul Arqam Garut, almuni S2 Agama dan Lintas Budaya UGM dan penerima Beasiswa S3 LPDP Santri Luar Negeri.