Refleksi Hari Santri dan Tantangan dalam Pendidikan

Dafir Mustofa, Pengajar Tahfiz Quran dan Bahasa Inggris di Pesantren Mazroatul Lughoh Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Peringatan Hari Santri Nasional kini tengah ramai. Seluruh santri dari seluruh Indonesia termasuk para pengasuh pondok pesantren, ulama, unsur pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat turut serta memperingati hari Santri Nasional.

Peringatan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober ini bertujuan untuk mengenang jasa-jasa para santri dan ulama yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Bacaan Lainnya

Darah yang tumpah, keringat yang mengucur, semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan merupakan salah satu pengorbanan yang harus kita hargai dan kita junjung.

Kini semangat juang itu tinggal kita teruskan terutama untuk para pelajar pesantren untuk terus belajar mencari ilmu pengetahuan dan memiliki akhlak yang mulia dalam rangka mengisi kemerdekaan.

Namun jaman perjuangan meneruskan cita-cita ulama sendiri memiliki banyak tantangan dan rintangan terutama dalam hal pendidikan di pesantren.

Menurut Dafir Mustafa, salah satu pengajar tahfidz di Pondok Pesantren Mazrotul Lughoh Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri mengatakan bahwa yang harus dikedepankan oleh para santri adalah akhlaknya seperti yang telah dicontohkan oleh Rasullulah.

Dalam dunia pendidikan terutama pesantren, banyak sekali tantangan dan rintangan. Setiap pelajar pesantren memiliki kemampuandan karakter yang berbeda sehingga peran pengajar menjadi penting dalam fasilitasi pembelajaran di pesantren.

Santri yang kurang mendapatkan bimbingan dan pendampingan, mereka akan mengalami kesulitan dalam hal belajar dan pengembangan diri.

Selain itu, penggunaan gawai yang terbatas menjadi hal yang dilematis. Gawai sangat diperlukan sebagai sumber belajar tapi di sisi lain pula penggunannnya bisa berdampak hal yang negatif.

Para santri harus membiasakan diri membatasi penggunaan gawai sehingga mereka harus bisa focus dalam belajar.

Selain itu , faktor pertemanan sangat mempengaruhi semangat belajar santri. Apabila ada santri yang terbiasa malas belajar maka biasanya itu bisa menular kepada santri lain.

Ini menjadi PR bersama bagi para pendidik khususnya di lingkungan pesantren untuk terus mendampingi santri dan memotivasi dalam hal belajar.

Harapan saya adalah santri bisa menjadi suri tauladan yang baik minimal bagi lingkungannya agar Indonesia lebih maju dan lebih bermartabat.

Dan yang paling penting dalam menjalani kehidupan ini adalah kita memiliki akhlak dan moral yang baik. Ketika santri sudah terbiasa dengan akhlak yang baik dan moral yang bagus maka ia tidak akan terpengaruh oleh hal-hal negatif. Sehingga santri siap dalam menghadapi tantangan zaman.

Santri harus menjadi garda terdepan dalam kemajuan bangsa dan negara.