KABARPESANTREN.ID—Muktamar NU ke-34 adalah contoh terbaik dari etika politik santri yang beradab. Sekalipun berpacu dalam kontestasi, tak ada sedikit pun friksi yang terjadi.
Takzim ala santri menjadi pemandangan indah yang diperlihatkan KH. Yahya Cholil Staquf kepada KH. Said Aqil Siradj. Demikian hal dengan muktamirin yang berjumlah lebih dari 2000 peserta.
Ketika pemungutan suara usai, Gus Yahya dan Kiai Said saling berpelukan. Erat dan menggetarkan. Muktamirin mendekat secara spontan melantunkan selawat Nabi dengan penuh rasa haru.
Beberapa dari mereka mengabadikan momentum itu dengan kamera smartphone. Momentum yang telalu mahal untuk dilewatkan. Sebagian tampak berkaca-kaca menyaksikan dua kiai mereka berpeluk dan saling berjabat erat.
Sekalipun Gus Yahya unggul, pada hakikatnya tak ada yang menang dan kalah. Kalkulasi numerik yang tercatat di papan penghitungan suara hanya menyoal deretan angka.
Hasil penghitungan suara pun hanya hal teknis tentang pergiliran kepemimpinan saja. Niscaya dan tidak bisa dihindari. Semua kiai dan nahdliyyin akan bekerja bersama-sama untuk agama, bangsa dan negara.
“Bahkan ada satu momentum dimana Gus Yahya bersimpuh di depan Kiai Said,” ujar Asrorun Niam Sholeh, sekretaris SC Muktamar NU ke-34, menceritakan betapa dua calon pimpinan PBNU memberikan contoh etika luhur dalam berpolitik.
Bersaing dalam muktamar tak lebih dari mekanisme politik yang harus ditempuh secara temporal, sementara takzim pada guru dan kiai adalah perkara yang harus senantiasa kekal
Dalam pidato perdananya sebagai Ketum PBNU terpilih, Gus Yahya mengafirmasi sikap takzimnya kepada Kiai Said. “Saya haturkan terima kasih kepada guru saya, yakni Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, yang menggembleng, menguji dan membesarkan saya,” ujar Gus Yahya.
“Kalaupun ini adalah keberhasilan, ini adalah keberhasilan beliau. Kalau ada yang patut dipuji, beliaulah yang harus dipuji,” lanjut Gus Yahya dengan nada penuh takzim.
Muktamar NU ke-34 di Lampung berjalan sukses (20-23 Desember 2021). Gus Yahya terpilih menjadi Ketum PBNU masa khidmat 2021-2026. Perolehan suara Gus Yahya (337) mengungguli suara yang diperoleh Kiai Said (210).
Demikianlah, di tengah banalnya ekspresi politis dari beberapa politisi nasional, Muktamar NU ke-34 menjadi antitesis dengan memanggungkan politik ala santri yang santun, beradab dan beretika luhur. (KPN/Kiki Musthafa)